Contoh Ceramah Singkat (sikap lemah lembut dalam berdakwah)
Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Alhamdulillahirabbil’aalamiin wabihi nasta’inu ala umuriddunya waddiin wa
‘alaa aalihi wasahbihi ajmain ammaa ba’du.
Pertama-tama marilah kita
panjatkan puji dan syukur ke hadirat allah SWT yang mana telah memberikan
nikmat kepada kita semua, terutama nikmat kesehatan yang dimana atas kesehatan
itu kita bisa menghadiri perkuliahan pada saat ini.
Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada jungjunan kita,
yakni nabi
Muhammad SAW. Tidak lupa kepada keluarganya,para sahabatnya, para
tabi’in dan sampai kepada kita serta kepada ummat akhir zaman.
Aamiin.
Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sedikit materi tentang sikap
santun dan lemah lembut mengalahkan kekerasan.
Hati manusia akan condong kepada orang yang bersikap lemah-lembut
kepadanya. Oleh karena itulah, di antara kewajiban da’i atau mubaligh adalah
memilih kalimat yang lembut dan tidak kasar, agar dakwah sampai kepada manusia.
Jangan sampai manusia lari dari agama, padahal dakwah belum sampai kepada
mereka. Oleh karenanya, banyak bimbingan dari Allah dan RasulNya agar da’i
bersikap lembut ketika berdakwah, sehingga dakwah akan sampai kepada mad’u
(obyek dakwah) dengan baik.
DALIL
LEMAH-LEMBUT DALAM DAKWAH
Banyak ayat dan hadits yang menunjukkan pentingnya sikap lembut dalam
dakwah. Inilah diantaranya:
1- Firman Allah
Ta’ala kepada nabi Musa AS dan nabi Harun AS :
اذْهَبَآ
إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى {43} فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
Pergilah kamu
berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah malampaui batas;
maka berbicalah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat
atau takut". (QS. Thaha (20): 43-44)
Imam Al-Quthubi menyatakan: “Jika Nabi Musa AS dan Harun AS diperintahkan untuk mengatakan perkataan yang
lemah-lembut kepada Fir’aun, maka orang yang derajatnya dibawahnya lebih pantas
meneladani hal itu di dalam pembicaraannya, dan di dalam perkataannya saat
memerintahkan yang ma’ruf”. (Tafsir Al-Qurthubi 11/200)
Ketika kholifah Al-Makmun dinasehati dengan kasar oleh seseorang, beliau
berkata: “Hai laki-laki, bersikaplah lemah-lembut, sesungguhnya Allah telah
mengutus orang yang lebih baik daripada kamu (yaitu nabi Musa AS ), kepada
orang yang lebih buruk daripada aku (yaitu Fir’aun), dan Dia memerintahkannya
dengan sikap lemah-lembut”. Kemudian beliau membaca ayat di atas! (Min Sifatid
Da’iyah Al-Liin war Rifq, hal: 12, karya Syekh Dr.Fadhl Ilahi)
2- Firman Allah
Ta’ala:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ
كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. (QS. Ali Imron (3): 159)
Sepantasnya seorang da’i benar-benar merenungkan ayat ini! Karena kalau
sikap keras dan hati kasar akan menyebabkan manusia menjauhi Nabi Muhammad n
-jika kedua sifat itu ada pada beliau-, padahal beliau adalah manusia paling
mulia di hadapan Allah, maka bagaimana dengan orang lain yang derajatnya jauh
di bawah beliau, jika dia bersikap keras dan berhati kasar?! (Lihat: Min
Sifatid Da’iyah Al-Liin war Rifq, hal: 14, karya Syekh Dr.Fadhl Ilahi)
3- Abu Musa Al-Asy’ari
berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا بَعَثَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِهِ فِي بَعْضِ أَمْرِهِ قَالَ
بَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا
Kebiasaan
Rasulullah jika mengutus seseorang dari para sahabatnya di dalam sebagian
keperluan beliau, beliau bersabda: “Sampaikan berita gembira dan janganlah
membuat (orang) lari (menjauhi agama), mudahkanlah dan janganlah membuat
susah!” (HR. Muslim no. 1732)
Dalam hadits ini Rasulullah tidaklah
mencukupkan dengan perintah “memudahkan dan menyampaikan kabar gembira” tetapi
beliau juga melarang “membuat susah dan membuat lari”, ini menuntut
terus-menerusnya memudahkan dan menyampaikan kabar gembira pada seluruh keadaan.
Kemudian, di antara kalimat penuh hikmah dalam masalah ini adalah perkataan
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah t : “Maka wajib ada tiga (hal dalam amar ma’ruf
dan nahi mungkar): ilmu, lemah-lembut, dan sabar. Ilmu sebelum memerintah dan
melarang, lemah-lembut bersamaan dengannya, dan sabar setelahnya. Walaupun
ketika hal itu wajib menyertai dalam seluruh keadaan itu”. (Kitab Amar ma’ruf
wan nahi mungkar, hal: 30, karya
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah)
Imam Al-Alusi mengatakan: “melainkan dengan cara yang paling baik”,
yaitu dengan perangai yang paling baik, seperti membalas kekasaran dengan
kelembutan, kemarahan dengan kesabaran, kerusuhan dengan ketulusan, dan emosi
dengan santun”. (Tafsir Ruhul Ma’ani 21/2)
Sekian materi dari saya semoga ada manfaatnya
umumnya bagi hadirin semua dan khususnya bagi saya sendiri. Mohon maaf atas
segala kekurangannya.
Wa billahi taufik walhidayah wassalaamualaikum
warahmatullahi wabarakaatuh.
Komentar
Posting Komentar