Ulumul Hadis_Hadis Maudhu (Palsu)
MAKALAH
Hadits Maudlu'
ULUMUL HADITS
Dosen Pengampu : Ahmad Soleh, M.A
Oleh :
Muhamad Iqbal
Maulana
Walma
Erwinsyah
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-FATAH
BOGOR 2018
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilaalamiin, puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah mencurah limpahkan rahmat, hidayahnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul "Hadits
Maudhu" sampai tuntas.
Penyusunan makalah dengan
semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat makalah ini.
Tidak lupa dari semua itu,
saya minta maaf dan saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
maupun dalam aspek lainnya. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca
agar memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca sekaligus untuk membenahi perlakuan diri kita agar ke depannya
menjadi lebih baik. Dan kami juga bisa mengasah kemampuan menulis kami agar
tulisan kami dapat berkembang dengan baik.
30
Januari 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.................................................................. 1
Daftar
Isi............................................................................. 2
BAB
1 Pendahuluan.......................................................... 3
BAB
2 Pembahasan........................................................... 4
A.
Pengertian
Hasits Maudlu’.................................... 4
B.
Pembagian
Hadits Maudlu’................................... 4
1.
Ucapan
Sahabat.............................................. 5
2.
Ucapan
Tabi’in................................................ 5
3.
Ucapan
Hukama’............................................ 5
4.
Ucapan
Ahli Tasawuf..................................... 5
5.
Israilliyyat......................................................... 5
C.
Sejarah
Munculnya Hadits Maudlu’.................... 6
D.
Faktor-Faktor
Penyebab Munculnya
Hadits
Maudlu’....................................................... 7
1.
Faktor
Politik................................................... 7
2.
Faktor
Kebencian dan Permusuhan............. 8
3.
Faktor
Kebodohan.......................................... 10
4.
Faktor
Fanatisme yang Keliru....................... 11
5.
Faktor
Pribadi................................................. 11
6.
Faktor
Popularitas dan Ekonomi.................. 12
Golongan-Golongan
Pembuat Hadits Palsu......... 13
E.
Ciri-Ciri
Hadits Maudlu’....................................... 13
1.
Ciri
yang Berkaitan dengan Rawi................. 13
2.
Ciri
yang Berkaitan dengan Matan............... 14
Menurut
Musthafa Assiba’i................................... 16
Menurut
Hasbi Ashshddiqy................................... 16
Menurut
Mustahafa Zahri..................................... 17
F.
Cara
Mengenali Hadits Maudlu’.......................... 18
BAB
3 Penutup................................................................... 22
A.
Kesimpulan............................................................. 22
B.
Saran....................................................................... 23
Daftar
Rujukan.................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN
Hadits sebagai
sumber hukum Islam setelah Al Qur’an telah disepakati oleh ulama tokoh-tokoh
ummat Islam. Setiap gerak dan aktivitas ummat harus dilakukan berdasarkan
petunjuk yang ada dalam al Qu’an dan dan hadits. Begitu pula jika ada
permasalahan yang yang muncul di tengah tengah masyarakat, tentu haruslah
diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya.
Cara
penyelesaian dan jalan keluar yang terbaik adalah dengan berpedoman kepada Al
Qur’an dan Hadits. Namun sangat disayangkan keberadaan hadis yang benar-benar
berasal dari Rasulullah saw dinodai oleh munculnya hadis-hadis maudhu (palsu)
yang sengaja dibuat-buat oleh orang-orang tertentu dengan tujuan dan motif yang
beragam, dan disebarkan ditengah-tengah masyarakat oleh sebagian orang dengan
tujuan yang beragam pula.
Meyakini dan
mengamalkan hadis maudhu merupakan kekeliruan yang besar, karena meskipun ada
hadis maudlu yang isinya baik, tetapi kebanyakan hadits palsu itu bertentangan
dengan jiwa dan semangat Islam, lagi pula pembuatan hadits maudlu merupakan
perbuatan dusta kepada Nabi Muhammad saw.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hadits Maudlu’
Apabila dilihat dari segi bahasa, kata maudlu’ merupakan bentuk
isim maf’ul dari kata وضع ـ يضيع
. Kata وضع memiliki
beberapa makna, antara lain : الاِ سقا ط )menggugurkan(, الرتك (meninggalkan), الاِ ختالف الاِ فرتاء
و (memalsukan
dan mengada-adakan). Para ahli hadis mendefinisikan bahwa Hadits Maudlu adalah Hadits yang diciptakan dan dibuat-buat oleh
orang-orang pendusta dan kemudian dikatakan bahwa itu hadits Rasulullah saw.
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Hadist maudhu’
adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw, baik
perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di buat-buat atau disengaja dan
sifatnya mengada-ada atau berbohong. Tegasnya hadits maudhu adalah hadits yang
diada-ada atau dibuat-buat.
Hadits semacam ini tentu saja tidak benar dan tidak dapat diterima
tanpa terkecuali, sebab ini sesungguhnya bukan hadits, tindakan demikian adalah
merupakan pendustaan terhadap Nabi Muhammad saw yang pelakunya diancam dengan
neraka. dan hadis ini haram untuk disampaikan pada masyarakat umum kecuali
hanya sebatas memberikan penjelasan dan contoh bahwa hadist tersebut adalah
maudhu’ (palsu(.[1]
Hadith yang dimawdu‘ atau dipalsukan itu terbagi menjadi dua:
1. Memalsukan
suatu ucapan mereka sendiri, kemudian mengakukannya sebagai sabda atau ucapan
Nabi SAW.
2. Memalsukan sesuatu ucapan yang bukan ucapan
Nabi SAW, seperti ucapan sahabat, tabi‘in, hukama’, sufi atau lain-lain. Atau
diriwayatnya daripada sumber Isra’iliyyat, kemudian menghubungnya kepada Nabi
SAW, bagi mendapatkan kepercayaan masyarakat.
a. Contoh
ucapan sahabat yang dihubung kepada nabi ialah:
احبب حبيبك هوناما عسى ان يكون بغضك يوما ما
و ابغض بعيضك هونا ما عسى ان يكون حبيبك يوما ما
Ucapan
ini dikesan ucapan Ali Ibn Abu Talib.
b. Ada
juga kalam tabi‘ in yang dihubung kepada Nabi SAW, misalnya:
حب الونياراس. كل خطيئة
Kalam
ini sebenarnya ucapan Malik Ibn Dinar
c. Ada
kalam hukama’ didakwa hadith Nabi SAW, misalnya:
المعذة بيت الداء والحمية راس كل دواء
Kalam
ini dikesani sebagai ucapan al-Harith Ibn Kaladah, seorang tabib Arab.
d. Ada
kalam ahli Tasawuf yang didakwa hadith seperti:
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Kalam ini bukan sabda Nabi SAW, kerana tidak diketahui ada jalan
sanadnya, sama ada sahih atau da‘if. Sesetengah ulama menyatakan, ia adalah
ucapan Abu Sa‘id al-Kharraz, ada yang mengatakan ucapan Yahya Ibn Mu‘adh
al-Razi.
e. Ada
kalam bersumber daripada Isra‘iliyyat, yang kemudiannya didakwa hadith seperti
:
ما و سعني سمائي ولاارضي, ولكن وسعني قلب عبدي المؤمن
Menurut
IbnTaymiyyah: Kalam ini bersumber daripada Isra’iliyyat, tiada asalnya daripada
Nabi SAW.
Memang banyak sekali kalam yang dihubung atau didakwa kepada sabda
Nabi SAW, sahabat dan tabi‘in, padahal sumbernya datang daripada sumber
Isra’iliyyat, seperti berita mengenai asal kejadian (Bad‘ al-Khalq), al-Ma ‹ad,
berita umat terdahulu, (Akhbar al- Umam al-Madiyah), al-Kawniyyat, Qisas
al-Anbiya‘ dan lain-lain.
C. Sejarah
Munculnya Hadis maudhu’
Masuknya secara massal penganut agama lain ke dalam Islam, yang
merupakan bukti keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh dunia, secara tidak
langsung menjadi factor yang menyebabkan munculnya hadist-hadist palsu. Tidak
bisa diingkari bahwa masuknya mereka ke Islam, di samping ada yang benar-benar
murni tertarik dan percaya kepada ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad,
tetapi ada juga segolongan mereka yang menganut agama Islam hanya karena
terpaksa tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu itu.
Golongan ini kita kenal dengan kaum munafik dan Zindiq. Terjadinya
pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa pemerintahan khalifah Utsman
bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan awal adanya benih-benih
fitnah, yang memicu munculnya pemalsuan hadis,tetapi pada masa ini belum begitu
meluas karena masih banyak sahabat ulama yang masih hidup dan mengetahui dengan
penuh yakin akan kepalsuan suatu hadist. Para sahabat ini mengetahui bahaya
dari hadist maudhu’ karena ada ancaman yang keras dikeluarkan oleh Nabi SAW
terhadap orang yang memalsukan hadist, Namun pada masa sesudahnya, yaitu pada
akhir pemerintahan Khalifah Bani Umayyah pemalsuaan hadis mulai marak , baik
yang dibuat oleh ummat Islam sendiri, maupun yang dibuat oleh orang diluar
Islam.
Menurut penyaksian Hammad bin Zayyad terdapat 14.000 hadis maudhu.
Abdul Karim al Auja mengaku telah membuat 4.000 Hadis maudhu. Terpecahnya ummat
Islam menjadi beberapa golongan politik dam keagamaan menjadi pemicu munculnya
hadis maudhu. Masing-masing pengikut kelompok ada yang berusaha memperkuat
kelompoknya dengan mengutip dalil dalil dari Al Qur’an dan hadis,
menafsirkan/men’ tawilkan Al Qur’an dan hadis menyimpang dari arti sebenarnya,
sesuai dengan keinginan mereka. Jika mereka tidak dapat menemukan yang demikian
itu maka membuat hadis dengan cara mengada-ada atau berbohong atas diri
Rasulullah saw. Maka muncullah hadis-hadis tentang keutamaan para khalifah
(secara berlebihan) dan para pemimpin golongan dan mazhab.
Menurut Subhi Shalih, hadis maudhu mulai muncul sejak tahun 41 H,
yaitu ketika terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh
penduduk Hijaz dan Irak dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung oleh
penduduk Syria dan Mesir, Ummat Islam terbagi kepada beberapa firqah antara
lain : Syi’ah, Khawarij dan Jumhur. Karena itu menurut Subhi Shaleh, bahwa timbulnya
Firqah-firqah dan mazhab merupakan sebab yang paling penting bagi timbulnya
usaha mengada –ada khabar dan hadits.[2]
D. Faktor-faktor
Penyebab Munculnya Hadist Maudhu’
Dari hadits-hadits maudhu yang tersebar, nampaknya motivasi dan
tujuan pembuatan hadis maudhu bervariasi, diantaranya :
1.
Faktor
Politik
Penyokong setiap pemimpin sanggup memalsukan hadith bagi
kepentingan kumpulannya. Pertentangan di antara umat Islam timbul setelah
terjadinya pembunuhan terhadap khalifah Utsman bin Affan oleh para pemberontak
dan kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib menyebabkan Umat Islam pada
masa itu terpecah-belah menjadi beberapa golongan, seperti golongan yang ingin
menuntut bela terhadap kematian khalifah Utsman dan golongan yang mendukung
kekhalifahan Ali (Syi’ah).
Setelah perang Siffin, muncul pula beberapa golongan lainnya,
seperti Khawarij dan golongan pendukung Muawiyyah, masing-masing mereka
mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benar sesuai dengan ijtihad mereka,
masing- masing ingin mempertahankan Hadis Maudhu kelompoknya, dan mencari simpati massa yang
paling besar dengan cara mengambil dalil AlQur’an dan Hadist. Jika tidak ada
dalil yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba mentakwilkan dan memberikan
interpretasi (penafsiran) yang terkadang tidak layak. Sehingga mereka membuat
suatu hadist palsu seperti Hadist - Hadist tentang keutamaan para khalifah,
pimpinan kelompok, dan aliran-aliran dalam agama.
Yang pertama dan yang paling banyak membuat hadist maudhu’ adalah
dari golongan Syi’ah dan Rafidhah. Kelompok syi’ah membuat hadis tentang wasiat
nabi bahwa Ali adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah setelah beliau
dan mereka menjatuhkan orang-orang yang dianggap lawan-lawan politiknya, yaitu
Abu Bakar, Umar, dan lain-lain. Diantara hadis maudlu tersebut:
وصيي
و موقع سر ي و خليفتي في أهلي خري من أخلف بعدي علي
Artinya: “Yang menerima wasiatku, dan yang menjadi tempat
rahasiaku dan penggantiku dari keluargaku adalah Ali.
Di pihak Mu’awiyah ada pula yang membuat hadis maudhu sebagai
berikut:
االمناء
عند اللة ثالا ثه انا وجربيل ومعا ويه
Artinya: “ Orang yang dapat dipercaya disisi Allah ada tiga
yaitu: Aku, Jibril dan Mu’awiyah”.
2.
Faktor
Kebencian dan permusuhan.
Faktor ini banyak dilakukan oleh kumpulan di luar Islam yang tewas
oleh kekuasaan Islam, mereka kecewa dengan kekalahan, lalu memalsukan hadith,
dengan tujuan menyesatkan umat Islam dan pemikiran mereka.
Keberhasilan dakwah Islam myebabkan masuknya pemeluk agama lain
kedalam Islam, namun ada diantara mereka ada yang masih menyimpan dendam dan
sakit hati melihat kemajuan Islam. Mereka inilah yang kemudian membuat hadits-hadits
maudhu. Golongan ini terdiri dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani
yang senantiasa menyimpan dendam dan benci terhadap agama Islam. Mereka tidak
mampu untuk melawan kekuatan Islam secara terbuka maka mereka mengambil jalan
yang buruk ini, yaitu menciptakan sejumlah hadist maudhu’ dengan tujuan merusak
ajaran Islam dan menghilangkan kemurnian dan ketinggiannya dalam pandangan ahli
fikir dan ahli ilmu.
Diantara hadits yang dibuat kelompok ini yaitu:
انظر
الى الوبه الجميل عبادة
Artinya: “Melihat (memandang) kepada muka yang indah, adalah
ibadah”.
الباذ
نجان شفاء كل شبئ
Artinya: “Buah terong itu, penawar bagi segala penyakit”.
Ada yang berpendapat bahwa faktor ini merupakan faktor awal
munculnya hadist maudhu’. Hal ini berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba’ yang
mencoba memecah-belah umat Islam dengan mengaku kecintaannya kepada Ahli Bait.
Sejarah mencatat bukti bahwa ia adalah seorang Yahudi yang
berpura-pura memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, ia berani menciptakan hadist
maudhu’ pada saat masih banyak sahabat ulama masih hidup. Tokoh-tokoh terkenal
yang membuat hadist maudhu’ dari kalangan orang zindiq ini, adalah:
a)
Abdul Karim bin
Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4000 hadist maudhu’tentang hukum
halal-haram, ia membuat hadis untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan
yang halal. Akhirnya, ia dihukum mati olen Muhammad bin Sulaiman, Walikota
Bashrah.
b)
Muhammad bin
Sa’id Al-Mashlub, yang dihukum bunuh oleh Abu Ja’far AlMashur.
c)
Bayan bin
Sam’an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin Abdillah.
3.
Faktor
Kebodohan
Mereka Merangsang orang ramai supaya berbuat kebajikan. Ada
golongan dari ummat Islam yang suka beramal ibadah namun kurang memahami agama,
mereka membuat hadits-hadits maudlu (palsu) dengan tujuan menarik orang untuk
berbuat lebih baik dengan cara membuat hadis yang berisi dorongan-dorongan
untuk meningkatkan amal dengan menyebutkan kelebihan dan keutamaan dari amalan
tertentu tanpa dasar yang benar melalui hadist targhib yang mereka buat
sendiri.
Biasanya hadis palsu semacam ini menjanjikan pahala yang sangat
besar kepada perbuatan kecil. Mereka juga membuat hadits maudhu (palsu) yang
berisi dorongan untuk meninggalkan perbuatan yang dipandangnya tidak baik
dengan cara membuat hadis maudhu yang memberikan ancaman besar terhadap
perbutan salah yang sepele. Diantaranya hadis palsu itu :
افضل
االيام يوم عرفة اذا وافق يوم اجلمعة وهو افضل من سبعني حجة يف غري مجعة
Artinya: “Seutama-utama hari adalah hari wukuf di Arafah,
apabila (hari wukuf di arafah) bertepatan dengan hari jum’at, maka hari itu
lebih utama daripada tujuh puluh haji yang tidak bertepatan dengan hari
jum’at.”
Menurut al Qur’an yang dimaksud haji akbar adalah ibadah haji itu
sendiri ( Al Qur’an Surah Attaubah : 3) dengan pengertian bahwa ibadah
umrah disebut dengan haji kecil. Hadis maudhu itu dibuat oleh muballig /guru
agama yang ingin memberi nilai lebih kepada ibadah haji yang wukufnya bertepatan
dengan hari jum’at.
4.
Fanatisme
yang keliru
Sikap sebagian penguasa Bani Umayah yang cenderung fanatisme dan
rasialis, telah ikut mendorong kalangan Mawali untuk membuat hadits-hadits
palsu sebagai upaya untuk mempersamakan mereka dengan orang-orang Arab. Misalnya:
ابغض الكالم إىل اهلل
الفارسية... وكالم أهل اجلنة العربية
Artinya: “Percakapan yang paling dimurkai Allah adalah bahasa
Persia dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab”
Selain itu, Fanatisme Madzhab dan Teologi juga menjadi factor
munculnya hadis palsu, seperti yang dilakukan oleh para pengikut Madzhab Fiqh
dan Teologi, diantaraya:
من رفع يده يف الركوع
فال صالة له
Artinya: “Barang siapa yang mengangkat tangannya ketika ruku’,
maka tiadalah shalat baginya” Hadis ini diduga dibuat oleh pengikut mazhab
yang tidak mengangkat tangan ketika ruku’.
5.
Memalsukan
hadith kerana faktor-faktor peribadi
Mereka Memalsukan hadith kerana faktor-faktor peribadi yang tidak
boleh dielakkan seperti kerana cacat penglihatan dan sebagainya.[3]
6.
Faktor
Popularitas dan Ekonomi
Hal ini untuk Mencari kepentingan dunia, seperti mengambil hati
pemimpin, dan mendapatkan kedudukan yang istimewa pada hati pemerintah.
Sebagian tukang cerita yang ingin agar apa yang disampaikan nya
menarik perhatian orang, dia berusaha mengumpulkan orang dengan cara membuat
hadits-hadits palsu yang membuat masyarakat suka dan tertarik kepada mreka,
menggerakkan keinginan, juga memberikan harapan bagi mereka. Misalnya:
من
قال آلإله إال اهلل, خلق اهلل من كل كلمة طا ئرا, منقاره من ذهب و ريشه من مرجان
Artinya: “Barang siapa membaca la ilaha illallah, niscaya Allah
menjadikan dari tiap-tiap kalimatnya seekor burung, paruhnya dari emas dan
buahnya dari marjan”.
Demikian juga para pegawai dan tokoh masyarakat yang ingin mencari
muka (menjilat ) kepada penguasa membuat hadsi-hadis maudhu untuk tujuan supaya
lebih dekat dengan penguasa agar mendapatkan fasilitas tertentu atau
popularitas saja. Misalnya Ghiyadh Ibn Ibrahim ketika datang kepada khalifah Al
Mahdi yang pada saat itu sedang mengadu burung merpati, Ghiyadh memalsukan
hadis berikut:
لاسبق
الافى نصيل اواحف او حافرا اوجناع
Artinya: “Tidak ada perlombaan kecuali pada panah, unta kuda dan
burung”
Kata “ Janah” adalah tambahan yang dibuat oleh Ghiyadh untuk
menarik simpati dari Khalifah al Mahdi. Para pedagang barang-barang tertentu
juga membuat hadis- hadis palsu tentang keutamaan barang dagangannya misalnya.
الديك الا بيض حبيبي و حبيب حبيبي جبرايل
Artinya: ‘’Ayam
putih adalah kekasihku dan kekasih oleh kekasihku Jibril”
Golongan-Golongan Pembuat Hadits Palsu
Hasbi Assiddiqy menjelaskan bahwa golongan yang membuat hadis
maudhu itu ada sembilan golongan yaitu:
a)
Zanadiqah
(orang orang zindiq)
b)
Penganut-penganut
bid’ah.
c)
Orang-orang dipengaruhi
fanatik kepartaian
d)
Orang-orang
yang ta’ashshub kepada kebangsaan, kenegerian dan keimanan.
e)
Orang-orang
yang dipengaruhi ta’ashshub mazhab.
f)
Para Qushshas (
ahli riwayat dongeng).
g)
Para ahli
Tasawuf zuhhad yang keliru.
h)
Orang-orang
yang mencarai pengahargaan pembesar negeri.
i)
Orang –orang
yang ingin memegahkan dirinya dengan dapat meriwayatkan hadis yang diperoleh
orang lain.[4]
E. Ciri-ciri
Hadits Maudhu
Indikasi ke-maudhu’ an hadist ada kalanya berkaitan dengan rawi/
sanad dan mungkin pula berkaitan dengan matan.
1.
Ciri yang
berkaitan dengan rawi / sanad :
Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain
yang periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu. Misalnya, Ketika saad ibn
Dharif mendapati anaknya pulang sekolah sedang menangis dan mengatakan bahwa
dia dipukul gurunya, maka Saad ibn Dharif berkata : Bahwa Nabi saw bersabda:
معلموا
صبيانكم شراركم اقلهم رمحة لليتيم واغلظهم على املسكني
Artinya:
"Guru anak kecil itu adalah yang paling jahat diantara kamu, mereka
paling sedikit kasih sayangnya kepada anak yatim dan paling kasar terhadap
orang miskin."
Al
Hafdz Ibnu Hibban mengatakan bakwa Saad ibn Dharif adalah seorang pendusta/
pemalsu hadits. Periwayatnya mengakui sendiri membuat hadist tersebut. Maisarah
ibn Abdirrabih al Farisi mengaku bahwa dia telah membuat hadis maudhu tentang
keutamaan Al qur’an dan ia juga mengaku membuat hadis maudhu tentang keutamman
Ali ibn Abi Tahalib sebanyak 70 buah hadits.
Ditemukan indikasi yang semakna dengan
pengakuan orang yang memalsukan hadist, seperti seorang periwayat yang mengaku
meriwayatkan hadist dari seorang guru yang tidak pernah bertemu dengannya.
Karena menurut kenyataan sejarah guru tersebut dinyatakannya wafat sebelum ia
sendiri lahir. Misanlnya, Ma’mun ibn Ahmad al Harawi mengaku mendengar hadis
dari Hisyam ibn Hammar. Al hafiz ibn Hibban menanyakan kapan Ma’mun datang ke
Syam? Ma’mun menjawab: tahun 250. Maka ibnu Hibban mengatakan bahwa Hisyam ibn
Ammar wafat tahun 254. Ma’mun menjawab bahwa itu Hisyam ibn Ammar yang lain.
2.
Ciri-ciri yang
berkaitan dengan Matan Kepalsuan suatu hadis dapat dilihat juga pada matan
Berikut ciri-cirinya:
a)
Kerancuan redaksi
atau Kerusakan maknanya.
b)
Berkaitan
dengan kerusakan makna tersebut, Ibnu Jauzi berkata: Saya sungguh malu
dengan adanya pemalsuan hadis. Dari sejumlah hadis palsu, ada yang
mengatakan: “ Siapa yang salat, ia mendapatkan 70 buah gedung, pada setiap
gedung ada 70.000 kamar, pada setiap kamar ada 70 000 tempat tidur, pada setiap
tempat tidur ada 70 000 bidadari. Perkataaan ini adalah rekayasa yang tak
terpuji.
c)
Setelah
diadakan penelitian terhadap suatu hadis ternyata menurut ahli hadis tidak
terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam kitab-kitab hadis.
Misalnya perkataan yang berbunyi:
اهلل
اخذ امليثاق علي كل مؤمن ان يبغض على منا فق وعلي كل منا فق ان ان يبغض كل مؤمن
Artinya: “Sesungguhnya
Allah telah mengambil Janji kepada setiap orang mukmin untuk membenci kepada
setiap munafik, dan kepada setiap munafik untuk membenci kepada setiap mukmin”.
Perkataan diatas tidak diketahui sumbernya.
d)
Hadisnya
menyalahi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, seperti ketentuan akal,
tidak dapat ditakwil, ditolak oleh perasaan, kejadian empiris dan fakta sejarah.
Misalnya perkataan yang berbunyi:
اذا
عطشس الرجل عند احلديث فهودليل صدقه
Artinya “Jika
seseorang bersin ketika membacakan suatu hadis, maka itu menandakan bahwa
pembicaraanya benar”
e)
Hadisnya
bertentangan dengn petunjuk Al-Quran yang pasti. Misalnya:
ولد
الزنا اليدخل اجلنة ايل سيعة ابناء
Artinya: “ Anak
zina tidak masuk syurga hingga tujuh turunan”
Hadis tersebut
bertentangan dengan ayat al Qur’an :
ولا تزروا زرة وزرا خرى ثم الى رتكبم مرحعكم فينبئكم بما كنتم فيه
تختلفون
Artinya: “dan
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[526]. kemudian kepada
Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan."(QS Al An’am :164)
Musthafa
Assiba’i memuat tujuh macam ciri Hadis palsu yaitu:
1.
Susunan
Gramatikanya sangat jelek.
2.
Maknanya sangat
bertentangan dengan akal sehat.
3.
Menyalahi Al
qur’an yang telah jelas maksudnya.
4.
Menyalahi
kebenaran sejarah yang telah terkenal di zaman Nabi saw.
5.
Bersesuaian
dengan pendapat orang yang meriwayatkannya, sedang orang tersebut terkenal sangat
fanatik terhadap mazhabnya.
6.
Mengandung
suatu perkara yang seharusnya perkara tersebut diberitakan oleh orang banyak,
tetapi ternyata diberitakan oleh seorang saja.
7.
Mengandung
berita tentang perberian pahala yang besar untuk perbuatan kecil, atau ancaman
siksa yang berat terhadap suatu perbuatan yang tidak berarti.
Menurut Hasbi Ashshddiqy, ciri Hadits palsu apabila:
1.
Maknanya
berlawanan dengan hal-hal yang mudah dipahami.
2.
Berlawanan
dengan ketentuan umum dan akhlak atau menyalahi kenyataan.
3.
Berlawanan
denga ilmu kedokteran.
4.
Menyalahi
peraturan- peaturan akal terhadap Allah.
5.
Menyalahi
ketentuan Allah dalam menjadikan alam.
6.
Mengandung
dongengan- dongengan yang tidak dibenarkan akal.
7.
Menyalahi
keterangan Al Qur’an yang terang tegas.
8.
Menyalahi
kaedah umum.
9.
Menyalahi
hakikat sejarah yang telah terkenal dimasa Nabi saw.
10. Sesuai dengan mazhab yang dianut perawi, sedang perawi itu orang
sangat fanatic mazhabnya. 11) Menerangkan urusan yang seharusnya kalau ada
dinukilkan oleh orang banyak.
11. Menerangkan pahala yang sangat besar terhadap suatu perbuatan kecil
atau siksaan yang amat besar terhadap suatu amal yang tak berarti
Mustahafa Zahri dalam buku “Kunci
Memahami Musthalah Hadits” memberikan ciri hadis maudhu berikut :
1.
Berlawanan
dengan pendapat akal sehat. Misalnya:
من
اختذ ديكا ابيض مل يقربه شيطان
Artinya:
“Siapa yang memelihara ayam putih niscaya tidak disekati syaithan”
2.
Berlawanan
dengan al Qur’an, contohnya: Artinya: ”Umur Dunia itu 7000 tahun, dan sekarang
sudah pada ribuan yang ketujuh”
Hadis tersebut
bertentangan dengan ayat Al Qur’an surah Al A’raf 187 artinya:
“mereka
menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat
itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat
itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tibatiba". mereka bertanya
kepadamu seakanakan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah,
tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".(QS Al A,raf 187)
3.
Berlawanan
dengan sunnah / Hadis Mutawatir. Contohnya:
اذا
حد ثتم حبديث يوافق احلق فخذوا به حدثت به ام مل احدث
"Artinya:
Jika diriwayatkan kepada kamu tentang suatu hadis yang sesuai dengan kebenaran,
maka ambillah dia, baik aku ada mengatakannya ataupun tidak”
Perkataan
diatas bertentangan dengan hadis yang berbunyi:
ومن كذب علي متعمدا فليتبوا مقعده من النار (رواه لبخاري)
Artinya:
“Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka hendaklah dia menempati
tempatnya di neraka”
4.
Berlawanan
dengan ijma yang disepakati para sahabat/ulama. Contohnya:
ال
يد خل النار كل من يسمى حممد او امحد
Artinya: “Setiap
yang bernama Muhammad atau Ahmad tidak akan masuk neraka”
Hadis ini
adalah maudhu, karena bertentangan dengan sunnah Rasulullah. Karena keselamatan
dari nereka tidak tergantung dengan nama saja, tetapi tergantung kepada iman
dan amal shaleh serta rahmat Allah SWT.[5]
Cara-cara
Mengenali Hadith Mawdu‘
Daripada beberapa kajian yang dibuat
ulama dalam bidang ini, beberapa alamat hadith mawdu‘ dikenalpasti, antaranya:
1.
Pengakuan
sendiri daripada pemawdu‘nya, seperti Ibn ‘Ismah Nuh Ibn Maryam yang memalsukan
hadith tentang fadhilat alQur’an surah demi surah.
2.
Bertentangan
fakta sejarah, seperti kenyataan riwayat daripada syeikh tertentu, padahal ia
dibuktikan sebagai tidak bertemu dengannya, sebagai contoh:
اذا انكسف القمر فى المحرم كان الغلم والقتال وشحل السلطان
Terjemahan:
Apabila berlaku gerhana bulan dalam bulan Muharam, berlaku kenaikan harga
barang, peperangan dan kesibukan pemerintah.
3.
Rendah bahasa
penggunaannya, seperti menjanjikan pahala yang sangat besar pada amalan yang
terlalu kecil. Antara contohnya:
الزجني
إذا شبع زىن ، و إذا جاع سرق
Terjemahan:
Orang zanji apabila kenyang berzina dan apabila lapar mencuri.
4.
Tidak ditemui
dalam kitab-kitab, walaupun telah diselidik oleh para ahli. Sebagai contoh:
ثالثـة
تزيـد يف البصـر: النظـر إىل اخلضـرة واملـاء اجلـاري والوجـه احلسن
Terjemahan:
Tiga perkara menambahkan kekuatan penglihatan: Mengolah warna hijau, air
mengalir dan muka yang cantik
5.
Bertentangan
akal dan kenyataan, sebagai contoh:
احضروا موائدكم البقل, فانه مطردة للشبطال
Terjemahan: Bawalah
sayur dalam hidangan kamu, kerana ia menjauhkan syaitan.
مخت موا با لعفيق فانه يورث العنر
Terjemahan:
Pakailah cincin permata akik, kerana mempusakai kaya.
6.
Bertentangan
keterangan al-Qur’an dan dalil-dalil yang mutawatir, seperti umur dunia 7000
tahun dan kini dalam ribu yang ketujuh dan sebagainya.
7.
Keterangan yang
lucu dan mentertawakan, seperti:
ان لله ملكا من حجارة يقال له:
ينزل كل يوم على حمار من حجارة فيسحر الاسعار نم يعرج
Terjemahan:
Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat daripada batu bernama Umarah, pada setiap
hari ia turun di atas keledai batu, lalu ia meletakkan harga barangbarang,
kemudian naik semula.[6]
Contoh
hadis lemah yang sering dipakai oleh masyarakat di Indoesia.
Doa
Buka Puasa
كان النبي اذا افطر قال (بسم الله)(الله) لك
صمت وعلى رزقك افظرر فتقبل من انك انت السميع العليم
Apabila
Nabi berbuka puasa, beliau berdo’a, “Dengan nama Alloh. Wahai Alloh, untuk-Mu
aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Maka terimalah puasaku,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Hadits ini lemah sekali. Diriwayatkan ath-Thobarani dalam Mu’jamul
Kabir: 12720, ad-Daraquthni dalam Sunannya 240 dan Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum
wal Lailah 474 dari jalan Abdul Malik bin Harun bin Antharah dari bapaknya dari
kakeknya dari Ibnu Abbas R.A secara marfu’ (sampai kepada Nabi).
Hadits ini lemah sekali, sebab Abdul Malik seorang rawi yang lemah
sekali. Ibnul Qayyim berkata tentang hadits ini: “Tidak shahih.”. Ibnu Hajar
berkata: “Sanadnya lemah.” Al-Haitsami berkata: “Dalam hadits ini, terdapat
Abdul Malik, dia seorang rawi yang lemah.”
Adapun do’a berbuka puasa yang shahih dari Nabi sebagai
berikut:
ذهب الظما
وابتلت العروف وثبت الاحبر ان شاءالله
“Telah hilang rasa dahaga dan telah basah tenggorokan dan telah
tetap pahalanya, Insya Alloh.”[7]
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasar
kepada uraian tersebut kami menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Yang dimaksud
hadits maudlu (palsu) adalah: Segala riwayat yang dinisbahkan kepada Rasulullah
saw dengan jalan mengada-ada atau berbohong tentang apa yang tidak pernah
diucapkan dan dikerjakan oleh Rasulullah saw, serta tidak pula disetujui
beliau.
2.
Faktor yang
menyebabkan munculnya hadis maudhu adalah: Kebencian dan permusuhan, politik,
fanatisme yang keliru, kebodohan, kepentingan pribadi, popularitas dan ekonomi.
3.
Ciri-ciri hadis
maudhu diantaranya adalah: Perawinya pendusta, pengakuan dari pembuatnya,
terdapat kerancuan lafaz dan makna. bertentangan dengan akal sehat,
bertentangan dengan Al qur’an dan Hadits Mutawatir, meyalahi fakta sejarah,
menyalahi kaedah umum dan disepakati (ijma) ulama, isinya sejalan dengan
fanatisme perawinya, menjanjikan pahala yang sangat besar terhadap perbuatan
kecil dan memberikan ancaman besar terhadap kesalahan kecil.
4.
Akibat dari
munculnya hadis maudlu (palsu) diantaranya adalah: Menimbulkan dan mempertajam
perpecahan dikalangan ummat Islam, mencemarkan pribadi Nabi saw, mengaburkan
pemahaman terhadap Islam. melemahkan jiwa dan semangat keislaman.
5.
Untuk seluruh
ummat islam janganlah keliru dalam memahami sebuah hadits. Pastikanlah bahwa
hadits yang disampaikan kepada kita adalah hadits yang asli dari Nabi saw.
B. SARAN
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR
RUJUKAN
Aslamiah Rabiatul, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya Vol 4.
No 7 (2016)
Abdul Hayei Madya Bin Abdul Sukor Hadith Mawdu‘ Sejarah Dan
Cara-Cara Mengenalinya (Kuala Lumpur : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia
2008)
Nuruddin Triyasyid Hadits Maudhu' versi ke-2 (Komunitas E-Learning Telaah Ilmiah
Ilmu-ilmu Syareah 2008)
Yusuf Abu Ubaidah bin Mukhtar as-Sidawi Hadits-Hadits Dhaif Dan
Palsu Yang Populer Di Bulan Puasa (2013)
Sayadi Wajidi Hadis Daif Dan Palsu Dalam Buku Pelajaran
Al-Qur’an Hadis Di Madrasah (Pontianak 2012)
[1]
Rabiatul Aslamiah, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya hal 24-25
[2]
Rabiatul Aslamiah, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya hal 25
[3] Prof.
Madya Dr Abdul Hayei Bin Abdul Sukor Hadith Mawdu‘ Sejarah Dan Cara-Cara
Mengenalinya Cetakan ke-1 (Kuala Lumpur : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia
2008) hal 7-8
[4] Rabiatul
Aslamiah, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya hal 25-28
[5] Rabiatul
Aslamiah, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya hal 28-30
[7]
Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi Hadits-Hadits Dhaif Dan Palsu
Yang Populer Di Bulan Puasa (2013) hal 5-6
Komentar
Posting Komentar