Ulumul Hadis_Hadis Maudhu (Palsu)


MAKALAH
Hadits Maudlu'
ULUMUL HADITS

Dosen Pengampu : Ahmad Soleh, M.A



Oleh :
Muhamad Iqbal Maulana
Walma Erwinsyah


Fakultas Dakwah dan Komunikasi
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-FATAH
BOGOR 2018





KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilaalamiin, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mencurah limpahkan rahmat, hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul "Hadits Maudhu" sampai tuntas.
 Penyusunan makalah dengan semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat  makalah ini.
 Tidak lupa dari semua itu, saya minta maaf dan saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat   kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dalam aspek lainnya. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca agar memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekaligus untuk membenahi perlakuan diri kita agar ke depannya menjadi lebih baik. Dan kami juga bisa mengasah kemampuan menulis kami agar tulisan kami dapat berkembang dengan baik.



30 Januari 2018



                                                                    Penyusun






DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................   1
Daftar Isi.............................................................................   2
BAB 1 Pendahuluan..........................................................   3
BAB 2 Pembahasan...........................................................   4
A.    Pengertian Hasits Maudlu’....................................   4
B.     Pembagian Hadits Maudlu’...................................   4
1.      Ucapan Sahabat..............................................   5
2.      Ucapan Tabi’in................................................   5
3.      Ucapan Hukama’............................................   5
4.      Ucapan Ahli Tasawuf.....................................   5
5.      Israilliyyat.........................................................   5
C.    Sejarah Munculnya Hadits Maudlu’....................   6
D.    Faktor-Faktor Penyebab Munculnya
Hadits Maudlu’.......................................................   7
1.      Faktor Politik...................................................   7
2.      Faktor Kebencian dan Permusuhan.............   8
3.      Faktor Kebodohan..........................................   10
4.      Faktor Fanatisme yang Keliru.......................   11
5.      Faktor Pribadi.................................................   11
6.      Faktor Popularitas dan Ekonomi..................   12
Golongan-Golongan Pembuat Hadits Palsu.........   13
E.     Ciri-Ciri Hadits Maudlu’.......................................   13
1.      Ciri yang Berkaitan dengan Rawi.................   13
2.      Ciri yang Berkaitan dengan Matan...............   14
Menurut Musthafa Assiba’i...................................   16
Menurut Hasbi Ashshddiqy...................................   16
Menurut Mustahafa Zahri.....................................   17
F.     Cara Mengenali Hadits Maudlu’..........................   18
BAB 3 Penutup...................................................................   22
A.    Kesimpulan.............................................................   22
B.     Saran.......................................................................   23
Daftar Rujukan..................................................................   2





BAB I
PENDAHULUAN

Hadits sebagai sumber hukum Islam setelah Al Qur’an telah disepakati oleh ulama tokoh-tokoh ummat Islam. Setiap gerak dan aktivitas ummat harus dilakukan berdasarkan petunjuk yang ada dalam al Qu’an dan dan hadits. Begitu pula jika ada permasalahan yang yang muncul di tengah tengah masyarakat, tentu haruslah diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya.
Cara penyelesaian dan jalan keluar yang terbaik adalah dengan berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadits. Namun sangat disayangkan keberadaan hadis yang benar-benar berasal dari Rasulullah saw dinodai oleh munculnya hadis-hadis maudhu (palsu) yang sengaja dibuat-buat oleh orang-orang tertentu dengan tujuan dan motif yang beragam, dan disebarkan ditengah-tengah masyarakat oleh sebagian orang dengan tujuan yang beragam pula.
Meyakini dan mengamalkan hadis maudhu merupakan kekeliruan yang besar, karena meskipun ada hadis maudlu yang isinya baik, tetapi kebanyakan hadits palsu itu bertentangan dengan jiwa dan semangat Islam, lagi pula pembuatan hadits maudlu merupakan perbuatan dusta kepada Nabi Muhammad saw.









BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Maudlu’
Apabila dilihat dari segi bahasa, kata maudlu’ merupakan bentuk isim maf’ul dari kata وضع ـ يضيع . Kata وضع memiliki beberapa makna, antara lain : الاِ سقا ط )menggugurkan(, الرتك  (meninggalkan), الاِ ختالف الاِ فرتاء و  (memalsukan dan mengada-adakan). Para ahli hadis mendefinisikan bahwa Hadits Maudlu adalah  Hadits yang diciptakan dan dibuat-buat oleh orang-orang pendusta dan kemudian dikatakan bahwa itu hadits Rasulullah saw.
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Hadist maudhu’ adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw, baik perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di buat-buat atau disengaja dan sifatnya mengada-ada atau berbohong. Tegasnya hadits maudhu adalah hadits yang diada-ada atau dibuat-buat.
Hadits semacam ini tentu saja tidak benar dan tidak dapat diterima tanpa terkecuali, sebab ini sesungguhnya bukan hadits, tindakan demikian adalah merupakan pendustaan terhadap Nabi Muhammad saw yang pelakunya diancam dengan neraka. dan hadis ini haram untuk disampaikan pada masyarakat umum kecuali hanya sebatas memberikan penjelasan dan contoh bahwa hadist tersebut adalah maudhu’ (palsu(.[1]

B. Pembagian Hadits Maudhu
Hadith yang dimawdu‘ atau dipalsukan itu terbagi menjadi dua:
1. Memalsukan suatu ucapan mereka sendiri, kemudian mengakukannya sebagai sabda atau ucapan Nabi SAW.
2.   Memalsukan sesuatu ucapan yang bukan ucapan Nabi SAW, seperti ucapan sahabat, tabi‘in, hukama’, sufi atau lain-lain. Atau diriwayatnya daripada sumber Isra’iliyyat, kemudian menghubungnya kepada Nabi SAW, bagi mendapatkan kepercayaan masyarakat.
a. Contoh ucapan sahabat yang dihubung kepada nabi ialah:
احبب حبيبك هوناما عسى ان يكون بغضك يوما ما و ابغض بعيضك هونا ما عسى ان يكون حبيبك يوما ما
Ucapan ini dikesan ucapan Ali Ibn Abu Talib.
b. Ada juga kalam tabi‘ in yang dihubung kepada Nabi SAW, misalnya:
حب الونياراس. كل خطيئة
Kalam ini sebenarnya ucapan Malik Ibn Dinar
c. Ada kalam hukama’ didakwa hadith Nabi SAW, misalnya:
المعذة بيت الداء والحمية راس كل دواء  
Kalam ini dikesani sebagai ucapan al-Harith Ibn Kaladah, seorang tabib Arab.
d. Ada kalam ahli Tasawuf yang didakwa hadith seperti:
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Kalam ini bukan sabda Nabi SAW, kerana tidak diketahui ada jalan sanadnya, sama ada sahih atau da‘if. Sesetengah ulama menyatakan, ia adalah ucapan Abu Sa‘id al-Kharraz, ada yang mengatakan ucapan Yahya Ibn Mu‘adh al-Razi.
e. Ada kalam bersumber daripada Isra‘iliyyat, yang kemudiannya didakwa hadith seperti :
ما و سعني سمائي ولاارضي, ولكن وسعني قلب عبدي المؤمن
Menurut IbnTaymiyyah: Kalam ini bersumber daripada Isra’iliyyat, tiada asalnya daripada Nabi SAW.
Memang banyak sekali kalam yang dihubung atau didakwa kepada sabda Nabi SAW, sahabat dan tabi‘in, padahal sumbernya datang daripada sumber Isra’iliyyat, seperti berita mengenai asal kejadian (Bad‘ al-Khalq), al-Ma ‹ad, berita umat terdahulu, (Akhbar al- Umam al-Madiyah), al-Kawniyyat, Qisas al-Anbiya‘ dan lain-lain.

C. Sejarah Munculnya Hadis maudhu’
Masuknya secara massal penganut agama lain ke dalam Islam, yang merupakan bukti keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh dunia, secara tidak langsung menjadi factor yang menyebabkan munculnya hadist-hadist palsu. Tidak bisa diingkari bahwa masuknya mereka ke Islam, di samping ada yang benar-benar murni tertarik dan percaya kepada ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, tetapi ada juga segolongan mereka yang menganut agama Islam hanya karena terpaksa tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu itu.
Golongan ini kita kenal dengan kaum munafik dan Zindiq. Terjadinya pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan awal adanya benih-benih fitnah, yang memicu munculnya pemalsuan hadis,tetapi pada masa ini belum begitu meluas karena masih banyak sahabat ulama yang masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan kepalsuan suatu hadist. Para sahabat ini mengetahui bahaya dari hadist maudhu’ karena ada ancaman yang keras dikeluarkan oleh Nabi SAW terhadap orang yang memalsukan hadist, Namun pada masa sesudahnya, yaitu pada akhir pemerintahan Khalifah Bani Umayyah pemalsuaan hadis mulai marak , baik yang dibuat oleh ummat Islam sendiri, maupun yang dibuat oleh orang diluar Islam.
Menurut penyaksian Hammad bin Zayyad terdapat 14.000 hadis maudhu. Abdul Karim al Auja mengaku telah membuat 4.000 Hadis maudhu. Terpecahnya ummat Islam menjadi beberapa golongan politik dam keagamaan menjadi pemicu munculnya hadis maudhu. Masing-masing pengikut kelompok ada yang berusaha memperkuat kelompoknya dengan mengutip dalil dalil dari Al Qur’an dan hadis, menafsirkan/men’ tawilkan Al Qur’an dan hadis menyimpang dari arti sebenarnya, sesuai dengan keinginan mereka. Jika mereka tidak dapat menemukan yang demikian itu maka membuat hadis dengan cara mengada-ada atau berbohong atas diri Rasulullah saw. Maka muncullah hadis-hadis tentang keutamaan para khalifah (secara berlebihan) dan para pemimpin golongan dan mazhab.
Menurut Subhi Shalih, hadis maudhu mulai muncul sejak tahun 41 H, yaitu ketika terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh penduduk Hijaz dan Irak dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung oleh penduduk Syria dan Mesir, Ummat Islam terbagi kepada beberapa firqah antara lain : Syi’ah, Khawarij dan Jumhur. Karena itu menurut Subhi Shaleh, bahwa timbulnya Firqah-firqah dan mazhab merupakan sebab yang paling penting bagi timbulnya usaha mengada –ada khabar dan hadits.[2]

D. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Hadist Maudhu’
Dari hadits-hadits maudhu yang tersebar, nampaknya motivasi dan tujuan pembuatan hadis maudhu bervariasi, diantaranya :
1.      Faktor Politik
Penyokong setiap pemimpin sanggup memalsukan hadith bagi kepentingan kumpulannya. Pertentangan di antara umat Islam timbul setelah terjadinya pembunuhan terhadap khalifah Utsman bin Affan oleh para pemberontak dan kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib menyebabkan Umat Islam pada masa itu terpecah-belah menjadi beberapa golongan, seperti golongan yang ingin menuntut bela terhadap kematian khalifah Utsman dan golongan yang mendukung kekhalifahan Ali (Syi’ah).
Setelah perang Siffin, muncul pula beberapa golongan lainnya, seperti Khawarij dan golongan pendukung Muawiyyah, masing-masing mereka mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benar sesuai dengan ijtihad mereka, masing- masing ingin mempertahankan Hadis Maudhu  kelompoknya, dan mencari simpati massa yang paling besar dengan cara mengambil dalil AlQur’an dan Hadist. Jika tidak ada dalil yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba mentakwilkan dan memberikan interpretasi (penafsiran) yang terkadang tidak layak. Sehingga mereka membuat suatu hadist palsu seperti Hadist - Hadist tentang keutamaan para khalifah, pimpinan kelompok, dan aliran-aliran dalam agama.
Yang pertama dan yang paling banyak membuat hadist maudhu’ adalah dari golongan Syi’ah dan Rafidhah. Kelompok syi’ah membuat hadis tentang wasiat nabi bahwa Ali adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah setelah beliau dan mereka menjatuhkan orang-orang yang dianggap lawan-lawan politiknya, yaitu Abu Bakar, Umar, dan lain-lain. Diantara hadis maudlu tersebut:

 وصيي و موقع سر ي و خليفتي في أهلي خري من أخلف بعدي علي

Artinya: “Yang menerima wasiatku, dan yang menjadi tempat rahasiaku dan penggantiku dari keluargaku adalah Ali.
Di pihak Mu’awiyah ada pula yang membuat hadis maudhu sebagai berikut:

 االمناء عند اللة ثالا ثه انا وجربيل ومعا ويه

Artinya: “ Orang yang dapat dipercaya disisi Allah ada tiga yaitu: Aku, Jibril dan Mu’awiyah”.

2.      Faktor Kebencian dan permusuhan.
Faktor ini banyak dilakukan oleh kumpulan di luar Islam yang tewas oleh kekuasaan Islam, mereka kecewa dengan kekalahan, lalu memalsukan hadith, dengan tujuan menyesatkan umat Islam dan pemikiran mereka.
Keberhasilan dakwah Islam myebabkan masuknya pemeluk agama lain kedalam Islam, namun ada diantara mereka ada yang masih menyimpan dendam dan sakit hati melihat kemajuan Islam. Mereka inilah yang kemudian membuat hadits-hadits maudhu. Golongan ini terdiri dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani yang senantiasa menyimpan dendam dan benci terhadap agama Islam. Mereka tidak mampu untuk melawan kekuatan Islam secara terbuka maka mereka mengambil jalan yang buruk ini, yaitu menciptakan sejumlah hadist maudhu’ dengan tujuan merusak ajaran Islam dan menghilangkan kemurnian dan ketinggiannya dalam pandangan ahli fikir dan ahli ilmu.
Diantara hadits yang dibuat kelompok ini yaitu:
 انظر الى الوبه الجميل عبادة

Artinya: “Melihat (memandang) kepada muka yang indah, adalah ibadah”.

الباذ نجان شفاء كل شبئ

Artinya: “Buah terong itu, penawar bagi segala penyakit”.

Ada yang berpendapat bahwa faktor ini merupakan faktor awal munculnya hadist maudhu’. Hal ini berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba’ yang mencoba memecah-belah umat Islam dengan mengaku kecintaannya kepada Ahli Bait.
Sejarah mencatat bukti bahwa ia adalah seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, ia berani menciptakan hadist maudhu’ pada saat masih banyak sahabat ulama masih hidup. Tokoh-tokoh terkenal yang membuat hadist maudhu’ dari kalangan orang zindiq ini, adalah:
a)      Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4000 hadist maudhu’tentang hukum halal-haram, ia membuat hadis untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Akhirnya, ia dihukum mati olen Muhammad bin Sulaiman, Walikota Bashrah.
b)      Muhammad bin Sa’id Al-Mashlub, yang dihukum bunuh oleh Abu Ja’far AlMashur.
c)      Bayan bin Sam’an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin Abdillah.

3.      Faktor Kebodohan
Mereka Merangsang orang ramai supaya berbuat kebajikan. Ada golongan dari ummat Islam yang suka beramal ibadah namun kurang memahami agama, mereka membuat hadits-hadits maudlu (palsu) dengan tujuan menarik orang untuk berbuat lebih baik dengan cara membuat hadis yang berisi dorongan-dorongan untuk meningkatkan amal dengan menyebutkan kelebihan dan keutamaan dari amalan tertentu tanpa dasar yang benar melalui hadist targhib yang mereka buat sendiri.
Biasanya hadis palsu semacam ini menjanjikan pahala yang sangat besar kepada perbuatan kecil. Mereka juga membuat hadits maudhu (palsu) yang berisi dorongan untuk meninggalkan perbuatan yang dipandangnya tidak baik dengan cara membuat hadis maudhu yang memberikan ancaman besar terhadap perbutan salah yang sepele. Diantaranya hadis palsu itu :

افضل االيام يوم عرفة اذا وافق يوم اجلمعة وهو افضل من سبعني حجة يف غري مجعة

Artinya: “Seutama-utama hari adalah hari wukuf di Arafah, apabila (hari wukuf di arafah) bertepatan dengan hari jum’at, maka hari itu lebih utama daripada tujuh puluh haji yang tidak bertepatan dengan hari jum’at.”

Menurut al Qur’an yang dimaksud haji akbar adalah ibadah haji itu sendiri ( Al Qur’an Surah Attaubah : 3) dengan pengertian bahwa ibadah umrah disebut dengan haji kecil. Hadis maudhu itu dibuat oleh muballig /guru agama yang ingin memberi nilai lebih kepada ibadah haji yang wukufnya bertepatan dengan hari jum’at.

4.      Fanatisme yang keliru
Sikap sebagian penguasa Bani Umayah yang cenderung fanatisme dan rasialis, telah ikut mendorong kalangan Mawali untuk membuat hadits-hadits palsu sebagai upaya untuk mempersamakan mereka dengan orang-orang Arab. Misalnya:

 ابغض الكالم إىل اهلل الفارسية... وكالم أهل اجلنة العربية
Artinya: “Percakapan yang paling dimurkai Allah adalah bahasa Persia dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab”

Selain itu, Fanatisme Madzhab dan Teologi juga menjadi factor munculnya hadis palsu, seperti yang dilakukan oleh para pengikut Madzhab Fiqh dan Teologi, diantaraya:

 من رفع يده يف الركوع فال صالة له
Artinya: “Barang siapa yang mengangkat tangannya ketika ruku’, maka tiadalah shalat baginya” Hadis ini diduga dibuat oleh pengikut mazhab yang tidak mengangkat tangan ketika ruku’.

5.      Memalsukan hadith kerana faktor-faktor peribadi
Mereka Memalsukan hadith kerana faktor-faktor peribadi yang tidak boleh dielakkan seperti kerana cacat penglihatan dan sebagainya.[3]

6.      Faktor Popularitas dan Ekonomi
Hal ini untuk Mencari kepentingan dunia, seperti mengambil hati pemimpin, dan mendapatkan kedudukan yang istimewa pada hati pemerintah.
Sebagian tukang cerita yang ingin agar apa yang disampaikan nya menarik perhatian orang, dia berusaha mengumpulkan orang dengan cara membuat hadits-hadits palsu yang membuat masyarakat suka dan tertarik kepada mreka, menggerakkan keinginan, juga memberikan harapan bagi mereka. Misalnya:

 من قال آلإله إال اهلل, خلق اهلل من كل كلمة طا ئرا, منقاره من ذهب و ريشه من مرجان
Artinya: “Barang siapa membaca la ilaha illallah, niscaya Allah menjadikan dari tiap-tiap kalimatnya seekor burung, paruhnya dari emas dan buahnya dari marjan”.

Demikian juga para pegawai dan tokoh masyarakat yang ingin mencari muka (menjilat ) kepada penguasa membuat hadsi-hadis maudhu untuk tujuan supaya lebih dekat dengan penguasa agar mendapatkan fasilitas tertentu atau popularitas saja. Misalnya Ghiyadh Ibn Ibrahim ketika datang kepada khalifah Al Mahdi yang pada saat itu sedang mengadu burung merpati, Ghiyadh memalsukan hadis berikut:

لاسبق الافى نصيل اواحف او حافرا اوجناع

Artinya: “Tidak ada perlombaan kecuali pada panah, unta kuda dan burung”

Kata “ Janah” adalah tambahan yang dibuat oleh Ghiyadh untuk menarik simpati dari Khalifah al Mahdi. Para pedagang barang-barang tertentu juga membuat hadis- hadis palsu tentang keutamaan barang dagangannya misalnya.

الديك الا بيض حبيبي و حبيب حبيبي جبرايل

Artinya: ‘’Ayam putih adalah kekasihku dan kekasih oleh kekasihku Jibril”

Golongan-Golongan Pembuat Hadits Palsu
Hasbi Assiddiqy menjelaskan bahwa golongan yang membuat hadis maudhu itu ada sembilan golongan yaitu:
a)      Zanadiqah (orang orang zindiq)
b)      Penganut-penganut bid’ah.
c)      Orang-orang dipengaruhi fanatik kepartaian
d)     Orang-orang yang ta’ashshub kepada kebangsaan, kenegerian dan keimanan.
e)      Orang-orang yang dipengaruhi ta’ashshub mazhab.
f)       Para Qushshas ( ahli riwayat dongeng).
g)      Para ahli Tasawuf zuhhad yang keliru.
h)      Orang-orang yang mencarai pengahargaan pembesar negeri.
i)        Orang –orang yang ingin memegahkan dirinya dengan dapat meriwayatkan hadis yang diperoleh orang lain.[4]

E. Ciri-ciri Hadits Maudhu
Indikasi ke-maudhu’ an hadist ada kalanya berkaitan dengan rawi/ sanad dan mungkin pula berkaitan dengan matan.
1.      Ciri yang berkaitan dengan rawi / sanad :
Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain yang periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu. Misalnya, Ketika saad ibn Dharif mendapati anaknya pulang sekolah sedang menangis dan mengatakan bahwa dia dipukul gurunya, maka Saad ibn Dharif berkata : Bahwa Nabi saw bersabda:

 معلموا صبيانكم شراركم اقلهم رمحة لليتيم واغلظهم على املسكني
Artinya: "Guru anak kecil itu adalah yang paling jahat diantara kamu, mereka paling sedikit kasih sayangnya kepada anak yatim dan paling kasar terhadap orang miskin."

Al Hafdz Ibnu Hibban mengatakan bakwa Saad ibn Dharif adalah seorang pendusta/ pemalsu hadits. Periwayatnya mengakui sendiri membuat hadist tersebut. Maisarah ibn Abdirrabih al Farisi mengaku bahwa dia telah membuat hadis maudhu tentang keutamaan Al qur’an dan ia juga mengaku membuat hadis maudhu tentang keutamman Ali ibn Abi Tahalib sebanyak 70 buah hadits.
 Ditemukan indikasi yang semakna dengan pengakuan orang yang memalsukan hadist, seperti seorang periwayat yang mengaku meriwayatkan hadist dari seorang guru yang tidak pernah bertemu dengannya. Karena menurut kenyataan sejarah guru tersebut dinyatakannya wafat sebelum ia sendiri lahir. Misanlnya, Ma’mun ibn Ahmad al Harawi mengaku mendengar hadis dari Hisyam ibn Hammar. Al hafiz ibn Hibban menanyakan kapan Ma’mun datang ke Syam? Ma’mun menjawab: tahun 250. Maka ibnu Hibban mengatakan bahwa Hisyam ibn Ammar wafat tahun 254. Ma’mun menjawab bahwa itu Hisyam ibn Ammar yang lain.

2.      Ciri-ciri yang berkaitan dengan Matan Kepalsuan suatu hadis dapat dilihat juga pada matan
Berikut ciri-cirinya:
a)      Kerancuan redaksi atau Kerusakan maknanya.
b)      Berkaitan dengan kerusakan makna tersebut, Ibnu Jauzi berkata: Saya sungguh malu dengan adanya pemalsuan hadis. Dari sejumlah hadis palsu, ada yang mengatakan: “ Siapa yang salat, ia mendapatkan 70 buah gedung, pada setiap gedung ada 70.000 kamar, pada setiap kamar ada 70 000 tempat tidur, pada setiap tempat tidur ada 70 000 bidadari. Perkataaan ini adalah rekayasa yang tak terpuji.
c)      Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadis ternyata menurut ahli hadis tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam kitab-kitab hadis. Misalnya perkataan yang berbunyi:

 اهلل اخذ امليثاق علي كل مؤمن ان يبغض على منا فق وعلي كل منا فق ان ان يبغض كل مؤمن

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mengambil Janji kepada setiap orang mukmin untuk membenci kepada setiap munafik, dan kepada setiap munafik untuk membenci kepada setiap mukmin”. Perkataan diatas tidak diketahui sumbernya.
d)         Hadisnya menyalahi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, seperti ketentuan akal, tidak dapat ditakwil, ditolak oleh perasaan, kejadian empiris dan fakta sejarah. Misalnya perkataan yang berbunyi:

 اذا عطشس الرجل عند احلديث فهودليل صدقه

Artinya “Jika seseorang bersin ketika membacakan suatu hadis, maka itu menandakan bahwa pembicaraanya benar”
e)               Hadisnya bertentangan dengn petunjuk Al-Quran yang pasti. Misalnya:

 ولد الزنا اليدخل اجلنة ايل سيعة ابناء

Artinya: “ Anak zina tidak masuk syurga hingga tujuh turunan”

Hadis tersebut bertentangan dengan ayat al Qur’an :

ولا تزروا زرة وزرا خرى ثم الى رتكبم مرحعكم فينبئكم بما كنتم فيه تختلفون

Artinya: “dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[526]. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."(QS Al An’am :164)

Musthafa Assiba’i memuat tujuh macam ciri Hadis palsu yaitu:
1.      Susunan Gramatikanya sangat jelek.
2.      Maknanya sangat bertentangan dengan akal sehat.
3.      Menyalahi Al qur’an yang telah jelas maksudnya.
4.      Menyalahi kebenaran sejarah yang telah terkenal di zaman Nabi saw.
5.      Bersesuaian dengan pendapat orang yang meriwayatkannya, sedang orang tersebut terkenal sangat fanatik terhadap mazhabnya.
6.      Mengandung suatu perkara yang seharusnya perkara tersebut diberitakan oleh orang banyak, tetapi ternyata diberitakan oleh seorang saja.
7.      Mengandung berita tentang perberian pahala yang besar untuk perbuatan kecil, atau ancaman siksa yang berat terhadap suatu perbuatan yang tidak berarti.
Menurut Hasbi Ashshddiqy, ciri Hadits palsu apabila:
1.      Maknanya berlawanan dengan hal-hal yang mudah dipahami.
2.      Berlawanan dengan ketentuan umum dan akhlak atau menyalahi kenyataan.
3.      Berlawanan denga ilmu kedokteran.
4.      Menyalahi peraturan- peaturan akal terhadap Allah.
5.      Menyalahi ketentuan Allah dalam menjadikan alam.
6.      Mengandung dongengan- dongengan yang tidak dibenarkan akal.
7.      Menyalahi keterangan Al Qur’an yang terang tegas.
8.      Menyalahi kaedah umum.
9.      Menyalahi hakikat sejarah yang telah terkenal dimasa Nabi saw.
10.  Sesuai dengan mazhab yang dianut perawi, sedang perawi itu orang sangat fanatic mazhabnya. 11) Menerangkan urusan yang seharusnya kalau ada dinukilkan oleh orang banyak.
11.  Menerangkan pahala yang sangat besar terhadap suatu perbuatan kecil atau siksaan yang amat besar terhadap suatu amal yang tak berarti
     Mustahafa Zahri dalam buku “Kunci Memahami Musthalah Hadits” memberikan ciri hadis maudhu berikut :
1.      Berlawanan dengan pendapat akal sehat. Misalnya:

 من اختذ ديكا ابيض مل يقربه شيطان
Artinya: “Siapa yang memelihara ayam putih niscaya tidak disekati syaithan”
2.      Berlawanan dengan al Qur’an, contohnya: Artinya: ”Umur Dunia itu 7000 tahun, dan sekarang sudah pada ribuan yang ketujuh”
Hadis tersebut bertentangan dengan ayat Al Qur’an surah Al A’raf 187 artinya:

“mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tibatiba". mereka bertanya kepadamu seakanakan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".(QS Al A,raf 187)
3.      Berlawanan dengan sunnah / Hadis Mutawatir. Contohnya:

 اذا حد ثتم حبديث يوافق احلق فخذوا به حدثت به ام مل احدث
"Artinya: Jika diriwayatkan kepada kamu tentang suatu hadis yang sesuai dengan kebenaran, maka ambillah dia, baik aku ada mengatakannya ataupun tidak”
Perkataan diatas bertentangan dengan hadis yang berbunyi:

ومن كذب علي متعمدا فليتبوا مقعده من النار (رواه لبخاري)

Artinya: “Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka hendaklah dia menempati tempatnya di neraka”
4.      Berlawanan dengan ijma yang disepakati para sahabat/ulama. Contohnya:

 ال يد خل النار كل من يسمى حممد او امحد

Artinya: “Setiap yang bernama Muhammad atau Ahmad tidak akan masuk neraka”
Hadis ini adalah maudhu, karena bertentangan dengan sunnah Rasulullah. Karena keselamatan dari nereka tidak tergantung dengan nama saja, tetapi tergantung kepada iman dan amal shaleh serta rahmat Allah SWT.[5]

Cara-cara Mengenali Hadith Mawdu‘
            Daripada beberapa kajian yang dibuat ulama dalam bidang ini, beberapa alamat hadith mawdu‘ dikenalpasti, antaranya:
1.      Pengakuan sendiri daripada pemawdu‘nya, seperti Ibn ‘Ismah Nuh Ibn Maryam yang memalsukan hadith tentang fadhilat alQur’an surah demi surah. 
2.      Bertentangan fakta sejarah, seperti kenyataan riwayat daripada syeikh tertentu, padahal ia dibuktikan sebagai tidak bertemu dengannya, sebagai contoh:

اذا انكسف القمر فى المحرم كان الغلم والقتال وشحل السلطان

Terjemahan: Apabila berlaku gerhana bulan dalam bulan Muharam, berlaku kenaikan harga barang, peperangan dan kesibukan pemerintah.
3.      Rendah bahasa penggunaannya, seperti menjanjikan pahala yang sangat besar pada amalan yang terlalu kecil. Antara contohnya:

 الزجني إذا شبع زىن ، و إذا جاع سرق
Terjemahan: Orang zanji apabila kenyang berzina dan apabila lapar mencuri.
4.      Tidak ditemui dalam kitab-kitab, walaupun telah diselidik oleh para ahli. Sebagai contoh:

 ثالثـة تزيـد يف البصـر: النظـر إىل اخلضـرة واملـاء اجلـاري والوجـه احلسن
Terjemahan: Tiga perkara menambahkan kekuatan penglihatan: Mengolah warna hijau, air mengalir dan muka yang cantik
5.      Bertentangan akal dan kenyataan, sebagai contoh:

احضروا موائدكم البقل, فانه مطردة للشبطال 
Terjemahan: Bawalah sayur dalam hidangan kamu, kerana ia menjauhkan syaitan.

مخت موا با لعفيق فانه يورث العنر
Terjemahan: Pakailah cincin permata akik, kerana mempusakai kaya.
6.      Bertentangan keterangan al-Qur’an dan dalil-dalil yang mutawatir, seperti umur dunia 7000 tahun dan kini dalam ribu yang ketujuh dan sebagainya.
7.      Keterangan yang lucu dan mentertawakan, seperti:

ان لله ملكا من حجارة يقال له:
ينزل كل يوم على حمار من حجارة فيسحر الاسعار نم يعرج
Terjemahan: Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat daripada batu bernama Umarah, pada setiap hari ia turun di atas keledai batu, lalu ia meletakkan harga barangbarang, kemudian naik semula.[6]
Contoh hadis lemah yang sering dipakai oleh masyarakat di Indoesia.
Doa Buka Puasa
كان النبي اذا افطر قال (بسم الله)(الله) لك صمت وعلى رزقك افظرر فتقبل من انك انت السميع العليم
Apabila Nabi berbuka puasa, beliau berdo’a, “Dengan nama Alloh. Wahai Alloh, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Maka terimalah puasaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Hadits ini lemah sekali. Diriwayatkan ath-Thobarani dalam Mu’jamul Kabir: 12720, ad-Daraquthni dalam Sunannya 240 dan Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah 474 dari jalan Abdul Malik bin Harun bin Antharah dari bapaknya dari kakeknya dari Ibnu Abbas R.A secara marfu’ (sampai kepada Nabi).
Hadits ini lemah sekali, sebab Abdul Malik seorang rawi yang lemah sekali. Ibnul Qayyim berkata tentang hadits ini: “Tidak shahih.”. Ibnu Hajar berkata: “Sanadnya lemah.” Al-Haitsami berkata: “Dalam hadits ini, terdapat Abdul Malik, dia seorang rawi yang lemah.”

Adapun do’a berbuka puasa yang shahih dari Nabi sebagai berikut:
ذهب الظما وابتلت العروف وثبت الاحبر ان شاءالله
“Telah hilang rasa dahaga dan telah basah tenggorokan dan telah tetap pahalanya, Insya Alloh.”[7]




BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasar kepada uraian tersebut kami menyimpulkan sebagai berikut:
1.      Yang dimaksud hadits maudlu (palsu) adalah: Segala riwayat yang dinisbahkan kepada Rasulullah saw dengan jalan mengada-ada atau berbohong tentang apa yang tidak pernah diucapkan dan dikerjakan oleh Rasulullah saw, serta tidak pula disetujui beliau.
2.      Faktor yang menyebabkan munculnya hadis maudhu adalah: Kebencian dan permusuhan, politik, fanatisme yang keliru, kebodohan, kepentingan pribadi, popularitas dan ekonomi.
3.      Ciri-ciri hadis maudhu diantaranya adalah: Perawinya pendusta, pengakuan dari pembuatnya, terdapat kerancuan lafaz dan makna. bertentangan dengan akal sehat, bertentangan dengan Al qur’an dan Hadits Mutawatir, meyalahi fakta sejarah, menyalahi kaedah umum dan disepakati (ijma) ulama, isinya sejalan dengan fanatisme perawinya, menjanjikan pahala yang sangat besar terhadap perbuatan kecil dan memberikan ancaman besar terhadap kesalahan kecil.
4.      Akibat dari munculnya hadis maudlu (palsu) diantaranya adalah: Menimbulkan dan mempertajam perpecahan dikalangan ummat Islam, mencemarkan pribadi Nabi saw, mengaburkan pemahaman terhadap Islam. melemahkan jiwa dan semangat keislaman.
5.      Untuk seluruh ummat islam janganlah keliru dalam memahami sebuah hadits. Pastikanlah bahwa hadits yang disampaikan kepada kita adalah hadits yang asli dari Nabi saw.


B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.





















DAFTAR RUJUKAN

Aslamiah Rabiatul, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya Vol 4. No 7 (2016)
Abdul Hayei Madya Bin Abdul Sukor Hadith Mawdu‘ Sejarah Dan Cara-Cara Mengenalinya (Kuala Lumpur : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia 2008)
Nuruddin Triyasyid Hadits Maudhu'  versi ke-2 (Komunitas E-Learning Telaah Ilmiah Ilmu-ilmu Syareah 2008)
Yusuf Abu Ubaidah bin Mukhtar as-Sidawi Hadits-Hadits Dhaif Dan Palsu Yang Populer Di Bulan Puasa (2013)
Sayadi Wajidi Hadis Daif Dan Palsu Dalam Buku Pelajaran Al-Qur’an Hadis Di Madrasah (Pontianak 2012)




[1] Rabiatul Aslamiah, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya hal 24-25
[2] Rabiatul Aslamiah, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya hal 25

[3] Prof. Madya Dr Abdul Hayei Bin Abdul Sukor Hadith Mawdu‘ Sejarah Dan Cara-Cara Mengenalinya Cetakan ke-1 (Kuala Lumpur : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia 2008) hal 7-8
[4] Rabiatul Aslamiah, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya hal 25-28
[5] Rabiatul Aslamiah, Jurnal Hadis Maudhu dan Akibatnya hal 28-30
Prof. Madya Dr Abdul Hayei Bin Abdul Sukor Hadith Mawdu‘ Sejarah Dan Cara-Cara Mengenalinya Cetakan ke-1 (Kuala Lumpur : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia 2008)
[7] Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi Hadits-Hadits Dhaif Dan Palsu Yang Populer Di Bulan Puasa (2013) hal 5-6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Ceramah Singkat (Larangan Putus Asa)

Contoh Paragraf Narasi,Persuasi,Deskripsi, Eksposisi,Argumentasi, dan Resensi Buku

Contoh Menulis Sebab Akibat ( cause and effect )