AL-QUDS WAL MAQDISIYAH_BAITUL MAQDIS DI ZAMAN RASULULLAH SAW


BAITUL MAQDIS DI ZAMAN RASULULLAH SAW





oleh :
Nursahda Dueraso 
Sartika 


A.    PENGERTIAN BAITUL MAQDIS

Abdullah bin Umar, seorang ahli hadits dan hukum fiqih mengatakan, “Baitul Maqdis adalah tempat para Nabi dan berkumpulnya mereka untuk beribadah. Tidak ada sejengkal pun tanah di tempat itu yang tidak dipakai untuk sembahyang oleh para Nabi atau para Malaikat”.
Dalam qur’an surat Al Isra’ ayat 1 disebutkan bahwa Baitul Maqdis merupakan nama wilayah yang diberkahi oleh Allah. Wilayah yang dimaksud itu meliputi masjidil Aqsha dan wilayah di sekelilingnya. Jadi, Baitul Maqdis memiliki arti yang lebih luas dari sekedar bangunan masjidil yang hanya seluas 14.4 Hektar itu.

Baitul Maqdis adalah merupakan pelabuhan terakhir isra’nya (perjalanan malam)Rasulullah saw sebelum kemudian dimi’rajkan Allah ke shidratil muntaha. Baitul Maqdis seolah memiliki jalur utama yang dapat menghubungkan dunia ini dengan pintu langit. Dikatakan demikian karena di sanalah para nabi dan rasul itu turun, dan dari sanalah Rasulullah saw akan memulai mi’rajnya.
Disana berdiri sebuah bangunan masjid yang pernah menjadi kiblat umat Islam pada masa Nabi. Masjid itu dinamai Al Aqsha. Dalam sejarah Islam, masjid itu dikenal dengan nama Baitul Maqdis. Nama ini diberikan Rasulullah SAW dan dikenal dalam riwayat perjalanan Isra’ mi’raj-nya.
Orang Yahudi menyebutnya sebagai Har Ha Bayit (Bait Suci), orang Nasrani menyebutnya Bait Allah atau Bait Suci. Sedangkan orang Islam menyebutnya sebagai Masjidil Aqsa (Masjid yang jauh) atau Baitul Maqdis (Bait Suci). Sejarah tiga agama samawi ini memang tidak bisa lepas dari Bait Suci ini.
Bahkan bagi orang Yahudi, ini adalah tempat yang paling suci. Sedangkan bagi orang Islam ini adalah satu dari tiga masjid suci dan merupakan kiblat pertama.
Kompleks suci yang juga disebut Al Haram Asy Syarief atau Temple Mount ini berdiri di Kota Jerusalem (Darussalam), tanah yang juga disucikan sekaligus diperebutkan tiga agama. Jerusalem berarti negeri yang damai, tapi ironisnya dari dulu sampai sekarang konflik terus bergejolak di sana.
Bait Suci ini dibangun secara sederhana oleh Nabi Yakub AS (Jacob) alias Israel. Dalam hadisnya Rasulullah Muhammad SAW mengungkapkan bahwa pembangunan Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa ini dilakukan 40 tahun setelah Nabi Ibrahim (Abraham) membangun Ka'bah atau Masjidil Haram di Mekkah, yang merupakan tempat ibadah pertama di bumi yang awalnya diinisiasi Nabi Adam AS.
Pembangunan Bait Suci atau Bait Allah secara megah dilakukan oleh nabi sekaligus raja yang kaya raya yaitu Sulaiman AS (Solomon). Orang Israel atau yahudi mengenal bagunan ini sebagai Bait Suci Pertama (First Temple). Orang Islam menyebutnya sebagai Masjid Al Aqsa. Masjid artinya tempat bersujud. Dalam keyakinan Islam, semua nabi membawa agama tauhid atau Islam (agama yang berserah diri total pada Allah) dan beribadahnya sujud (walau namanya waktu itu bukan sholat, dan sampai sekarang masih ada aliran Yahudi dan Nasrani yang ibadahnya mirip sholat).
Bangunan ini bertahan sampai tahun 586 SM, sebelum dihancurkan oleh bangsa Babilonia yang dipimpin Nebukadnezar. Selain menghancurkan bangunan suci, Bangsa Babilonia juga mengusir bangsa Israel dari Jerusalem.
Lalu pada 536-513 SM bangsa Israel yang kembali dari pembuangan membangun kembali Bait Suci yang oleh orang Yahudi dikenal sebagai Second Temple (Bait Suci Kedua). Lalu Herodes Agung merenovasi pada tahun 19 SM. Tapi bangunan suci ini kembali hancur di tangan Bangsa Romawi pada tahun 70 M. Versi lain, orang Yahudi sendiri yang menghancurkan agar tidak bangunan suci itu tidak tercemar oleh bangsa Romawi.
Pada tahun 530 M, Kaisar Yustinianus membangun gereja di lokasi itu untuk Bunda Maria. Namun dihancurkan oleh Kaisar Khosrau II pada awal abad ke-7 M.
Dari akar sejarahnya, berdasarkan penemuan arkeologi, kota tersebut telah berperadaban kuno sejak 3.000 SM. Yang pertama kali bermigrasi ke kota ini adalah bangsa Semit, yaitu bangsa Kanaan, suku-suku pertama yang bermigrasi dari Semenanjung Arabia. Ini bisa dilihat dari penamaan kota-kota tersebut, misalnya Jericho, Beit-Syam, Mejeddo, dan Juzer.
Di Jericho dan Majeddo terdapat peninggalan paling tua dari bangsa Kanaan berupa kuil-kuil kuno yang dibangun sekitar 3.000 SM. Kota Yerusalem sendiri merupakan bukti yang paling baik dari kekunoan permukim-permukim bangsa Arab-Semitik purba di Palestina.
Kota itu didirikan oleh suku-suku Jebus, yaitu cabang dari bangsa Kanaan, sekitar 5.000 tahun yang lalu. Sebuah naskah kuno di Tell el Amarna yang ditulis 1400 SM menyebut kota itu dengan nama Urusalim.
Jadi jelaslah bahwa kota tersebut telah ada jauh sebelum bangsa Israel memasuki Palestina. Yang pertama merencanakan dan mendirikan Yerusalem adalah seorang raja bangsa Jebus-Kanaan: Melchisedec, yang percaya akan ke-Esa-an Tuhan, walaupun rakyatnya kebanyakan musyrik.


B.     BAITUL MAQDIS DI ZAMAN RASULULLAH SAW

Pada tahun ke 10 Bi’tsah (Kenabian) tepatnya 620 M, terjadi peristiwa Isra Mi’raj, peristiwa ini diabadikan dalam Al-Quran Surat Al-Isra Ayat Pertama. Hal ini merupakan bukti yang sangat kuat akan kesucian dan keagungan Baitul Maqdis dimata Allah SWT, Rasulullah SAW, dan Ummat Islam, Bahkan Sebelumnya Masjid Al-Aqsha Telah Menjadi Qiblat Pertama Ummat Islam.
Sebelum melaksanakan Mi'raj (naik ke langit), Rasulullah SAW melaksanakan shalat sunnat di masjid Al-Aqsha. Selain itu, masjid Al-Aqsha juga pernah menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya datang perintah Allah kepada Rasulullah SAW untuk menghadap kiblat ke Baitullah (ka'bah) di Makkah.
Peringatan isra’-mi’raj, 27 Rajab kali ini bertepatan pada Sabtu, 14 April 2018. Bulan rajab adalah bulan mulia dan memiliki kedudukan terhormat. Bulan rajab merupakan salah satu diantara al-asyhur al-hurum (bulan-bulan mulia) yang diabadikan Allah dalam QS. al-Taubah ayat 36. Sebagian ulama menjelaskan sebab penamaan bulan tersebut karena bulan ini dimuliakan dan diagungkan (yutarajjabu) oleh masyarakat Arab.
Oleh karena itu, teramat penting bagi umat Islam untuk mengetahui hal tersebut. Dalam beberapa keterangan disebutkan, ketika Allah memerintahkan perintah shalat dan menghadap ke Masjid Al-Aqsha, hal itu dimaksudkan agar menghadap ke tempat yang suci, bebas dari berbagai macam berhala dan sesembahan.
Kawasan Haikal Sulaiman II, yang kini lebih dikenal sebagai Kompleks Al-Haram Asy-Syarif, Tanah Haram yang Mulia, disebut pula Al-Quds (yang tersucikan) atau Baitul Maqdis, yang berada di kota lama Yesrusalem, Yerusalem Timur, memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi.

Begitu sucinya Baitul Maqdis, Allah juga menjadikan tempat itu sebagai tujuan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sebagimana dikisahkan dalam Al-Quran, surat Al-Isra ayat 1, “Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masdil Aqsha....”

Rasulullah berangkat dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yang berada di kawasan Kompleks Baitul Maqdis pada tahun 621 M. Di kompleks itu pula terdapat sebuah batu karang yang dijadikan pijakan Rasulullah sesaat sebelum Mi’raj ke Sidrathul Muntaha. Batu dengan sepuluh anak tangga yang sangat elok rupanya itu dengan izin Allah dapat bergerak naik dan turun, dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya.

Ketika itu, kondisi Masjid Al-Haram yang merupakan tempat keberangkatan Isra dan Mi'raj, belum berupa bangunan masjid. Sebab, kala itu masih dipenuhi berhala-berhala yang jumlahnya mencapai 309 buah dan senantiasa disembah oleh orang Arab sebelum kedatangan Islam. Sehingga, dibawah dominasi kekufuran seperti itu, Rasulullah SAW belum bisa menunaikan ibadah shalat di tempat tersebut.
Selain itu, bila Rasulullah SAW saat itu melaksanakan shalat dengan menghadap ke Masjid Al-Haram, maka hal itu akan menjadi kebanggaan bagi kaum kafir quraisy bahwa Rasulullah SAW seolah mengakui berhala-berhala mereka sebagai tuhan. Inilah salah satu hikmah diperintahkannya shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis (Al-Aqsha).
Dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 142, Allah SWT menjelaskan mengapa perpindahan kiblat itu dilakukan. Sewaktu Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, sekitar 16-17 bulan setelah hijrah itu, Allah memerintahkan Rasulullah untuk menghadapkan wajahnya ke masjidil Haram (Ka'bah).
Perpindahan ini dimaksudkan, bahwa ibadah shalat itu bukan semata-mata menghadap ke masjid al-Haram atau Al-Aqsha sebagai tujuan, melainkan menghadapkan diri pada Allah. Dan adapun ka'bah adalah sebagai pemersatu umat Islam dalam menentukan arah kiblat.
Sama seperti Al-Aqsha yang juga belum berupa bangunan masjid (ketika itu), dan al-Shakhra masih berupa gundukan tanah yang dipenuhi dengan debu. Adapun hikmah dibalik penyebutan Allah terhadap Al-Haram dan Al-Aqsha sebagai masjid (sebagaimana surah al-Isra` [17] ayat 1), adalah untuk menunjukkan pada umat Islam bahwa semua itu merupakan mukjizat yang akan datang dan terwujud seiring dengan berjalannya waktu sebagaimana sekarang ini, keduanya telah menjadi Masjid.
Pada Tahun 622 M Rasulullah SAW melakukan perjalanan hijrah ke Madinah, sejak itu Kaum Muslimin memulai fase baru dalam sejarah kehidupan, dan hingga detik peristiwa tersebut, masjid Al-Aqsha masih menjadi Qiblat pertama Ummat Islam, sampai tahun ke dua pada masa Hijrah.
Nabi Muhammad terus berdakwah. Khadijah dengan sabar terus mendorong suaminya itu sampai harta keluarga mereka habis. Tekanan semakin keras. Selama tiga tahun kaum Qurais mengucilkan orang-orang Islam. Mereka hanya dapat tinggal di celah-celah batu pebukitan dengan bergantung makan pada rumput-rumput kering.

Seorang Qurais, Hisyam bin Amir bersimpati pada keadaan orang-orang Islam itu. Ia menghubungi Zuhair dari Bani Makhzum, Muth'im dan Bani Naufal serta Abu Bakhtari dan Zam'a dari Bani Asad untuk menghentikan pengucilan itu. Ia ingatkan betapa buruk kelaparan yang diderita Muhammad dan pengikutnya, sedangkan saudara-saudara lainnya hidup berkelimpahan.

Mereka lalu datang ke Ka'bah. Di dinding Ka'bah dicantumkan piagam pengucilan itu. Pengucilan tidak berlaku lagi bila piagam tersebut dirobek. Setelah mengelilingi Ka'bah tujuh kali, Hisyam mengumumkan rencana perobekan piagam. Abu Jahal menentangnya. Namun sebagian besar orang Qurais mendukung Hisyam. Ketika Hisyam hendak merobek piagam itu -demikian menurut riwayat-rayap telah menggerogoti piagam itu hingga tinggal bagian atasnya yang bertulis "Atas nama-Mu ya Allah".

Tak lama setelah peristiwa itu, Muhammad mengalami musibah besar. Abu Thalib -paman yang telah memeliharanya sejak kecil serta terus melindunginya sebagai rasul-wafat. Hanya beberapa bulan kemudian, Khadijah yang menjadi sandaran hati Muhammad -orang yang paling setia menghibur dan menemani di masa yang paling sulit sekalipun-menyusul wafat. Muhammad sangat berduka. Sedangkan orang-orang Qurais makin gencar mengganggunya.

Sekitar tahun 621 Masehi, terjadilah peristiwa Isra' Mi'raj. Muhammad tengah menginap di rumah keluarga sepupunya, Hindun binti Abu Thalib. Menurut Hindun, malam hari selesai salat terakhir, semua anggota keluarga tidur. Demikian pula Muhammad. Pagi harinya, mereka salat bersama. Usai salat itulah Muhammad berkata: "Ummi Hani (panggilan Hindun), saya salat akhir malam bersama kalian seperti yang kalian lihat di sini. Lalu saya ke Baitul Maqdis (Yerusalem) dan salat di sana, sekarang saya salat siang bersama-sama seperti yang kalian lihat."

Nabi Muhammad saat itu berusia 51 tahun. Perjalanan ke Baitul Maqdis serta Sidratul Muntaha itu kian mengobarkan semangat perjuangannya untuk menyeru seluruh umat manusia ke Jalan Allah. Apalagi, ia telah melihat sinar terang bagi Islam telah mulai terlihat di Yatsrib.

Pada tahun ke 5 Hijrah atau 627M, sejarah mencatat Persia melanggar perjanjian dengan Yahudi. Oleh karena itu Romawi Bersikeras berusaha merebut Palestina dari Persia. Dalam peristiwa tersebut orang-orang Yahudi bergabung dalam barisan romawi bersama orang nashrani melawan pasukan Persia. Namun, melihat keberadaan Yahudi ditengah pasukan Romawi, orang Nashrani membujuk Heraclius untuk membalas dendam terhadap yahudi, sehingga terjadilah pembantaian besar-besaran atas yahudi, pembantaian itu dianggap sangat penting dilakukan oleh orang-orang Nashrani karena orang-orang Yahudi senantiasa menjadi duri dalam daging. Menjadi musuh dalam selimut.

Sejarah juga mencatat bagaimana Rasulullah SAW memerangi orang-orang Yahudi di Madinah. Pada bulan Syawwal, tahun 2 Hijriah terjadi perang bani Qoinuqa, Dan pada bulan rabi’ul awwal tahun 4 Hijriah terjadi perang Bani Nadhir,dan pada tanggal 23 bulan Dzul Qa’dah, tahun 5 Hijriah terjadi perang bani Quraidzhah. Peperangan itu dilakukan karena pengingkaran pengingkaran orang Yahudi terhadap janji. Sejak saat itu tidak ada lagi yahudi di tanah Madinah.
Pada masa hidup Rasulullah SAW, pada tanggal 1 Muharram, tahun 7 Hijriah atau 628 Masehi, Rasulullah SAW mengirim pesan kepada Heraklius yang berisi ajakan untuk Masuk Islam, namun para pendeta di sekelilingnya menolak dan mempengaruhi heraqlius untuk tetap memeluk agamanya.
Pengusiran orang yahudi dari jazirah arab terus dilakukan oleh Rasulullah, Karena yahudi adalah bahaya laten , maka di penghujung bulan Muharram 7 H/ 628M terjadi perang Khaibar, Fidak, Wadi Al-Qura & Taima. Sejak itu tidak ada lagi duri dari kalangan Yahudi yang merintangi Jazirah Arab.
Pada tahun 8-9 H/ 629 M terjadi perang Mu’tah di selatan Jordania, inilah awal perjalanan menuju pembebasan Baitul Maqdis, Ekspansi pembebasan Baitul Maqdis yang berada dalam genggaman Romawi yang menguasai kawasan Syam dan Palestina. Perang berikutnya menuju pembebasan Baitul Maqdis adalah perang tabuk. Perang ini terjadi Pada bulan Rajab 9 H /630 M. Dua perang diatas (mu’tah & tabuk) berlangsung dibawah komando Rasulullah.
Pada tanggal 30 Shafar 11 H/ 28 Mei 632M Rasulullah SAW menyiapkan Tentara Usamah ibnu Zaid untuk memerangi Romawi, Namun pergerakan pasukan terlambat akibat Sakit yang menimpa baginda Rasulullah SAW.
Sebelum Rasulullah wafat, Rasulullah SAW mewasiatkan narasi pembebasan Baitul Maqdis kepada Abu Bakar, Rasulullah SAW bersabda : wahai abu bakar “Berangkatkanlah Pasukan Usamah.! ”


C.    CERITA RASULULLAH TENTANG MASJID AL-AQSA

“didatangkan kepadaku Buraq,” Cerita Nabi “Yaitu seekor hewan yang berwarna putih, tubuhnya lebih tinggi  dari keledai tetapi lebih rendah dari bighal. Ia meletakkan kedua kaki depannya di ufuk batas jangkauan pengelihatannya.” Kemudian nabi Meneruskan ceritanya “Aku Menaikinya dan Jibril Membawaku hingga hingga sampailah aku di Baitul Maqdis.”

Istilah Masjidil Aqsa dalam kitab suci Al-Quran merujuk pada peristiwa Isra Mi’raj yang terjadi di tahun ke sepuluh setelah kenabian. Bersamaan dengan itu pula diturunkanlah perintah shalat kepada kaum muslimin. kemudian dijadikan baitul maqdis sebagai kota suci sekaligus qiblat pertama umat Islam. Meski demikian, bangsa Quraisy sesungguhnya telah mengenal masjid ini jauh sebelum Rasulullah bercerita tentang perjalanan Isra-nya. Ya, Bangsa Quraisy mengenal baitul maqdis sebagai tempat bagi saudara-saudara mereka dari keturnan Nabi Ibrahim. Mereka tahu betapa jauhnya jarak Kota Makkah dan Baitul Maqdis. Tidak mungkin menempuh jarak yang sejauh itu dalam waktu satu malam saja.

Rasulullah SAW menceritakan detail ciri-ciri Masjid Al-Aqsa yang ia kunjungi kepada orang quraisy. Tujuannya adalah untuk meyakinkan penduduk Makah tentang kebenaran perjalanan yang dialaminya. Beberapa Orang Quraisy yang pernah berkunjung ke sana membenarkan ciri-ciri tersebut, tetapi itu tidak serta merta membuat mereka yakin terhadap peristiwa yang dialami sang Nabi SAW. Abu Bakarlah –yang juga pernah berkunjung ke baitul maqdis, yang langsung membenarkan cerita Rasulullah SAW tanpa keraguan. Sejak itu ia dikenal dengan gelar Ash Shidiq.

Al-Quran banyak bercerita tentang para Nabi dan Rasul. Meskipun tidak dijelaskan secara detail tentang lokasinya. Bangsa Arab yang mempunyai kebiasaan melakukkan perjalanan, nereka mendengar kisah-kisah tersebut dari daerah-daerah yang pernah mereka lalui. Mereka tahu bahwa sebagian besar cerita Para Rasul yang ada dalam Al-Quran berasal dari negeri Syam dan palestina tempat masjid Al-Aqsa berada.

Dijadikannya Masjid Al-Aqsa sebagai qiblat pertama umat islam setra banyaknya Nabi dan Rasul yang diceritakan Al-Quran dari sana menjadikan Al Aqsa terasa sangat mulia di mata para sahabat. Sahabat-sahabat Rasulullah kemudian berselisih tentang tempat mana yang lebih  mulia, Masjid Al-Aqsa atau Masjid Nabawi. Tetapi kemudian Rasulullah menjelaskan bahwa ‘Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik’. Dan ‘Shalat di masjidku (Masjid Nabawi)’ kata Nabi pada lain kesempatan ‘lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram’.

Rasulullah SAW pernah melakukan shalat dua rakaat di Masjid Al-Aqsa sebagaimana yang diceritakannya kepada para sahabatnya tentang peristiwa Isra Mi’raj. ‘Kemudian aku menambatkan hewan itu (Buraq) di lingkaran tempat para nabi biasa menambatkan hewan tunggangannya. Aku memasuki masjid dan melakukan shalat dua rakaat di dalamnya. Setelah itu keluar.’

Ketika Rasulullah SAW diminta Fatwa tentang Masjid Al-Aqsa, Beliau Menjawab –sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Sunan Abu Dawud dan al-Tabarani, “datangilah dan sholatlah didalamnya.” Jika tidak mampu “maka berikanlah minyak untuk penerangannya. Barangsiapa yang melakukan hal itu, maka dia seolah telah mendatanginya.”

“Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan” Kata Rasulullah SAW sebagai mana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim “kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)“.

Tidak berhenti sampai disitu, Rasulullah bahkan juga menceritakan kondisi Tanah ini di masa-masa sulit akhir zaman sebagaimana yang terjadi belakangan ini. “Akan ada segolongan kecil dari Umatku, yang terang membela kebenaran, bertindak tegas terhadap musuh-musuhnya, Tidak akan menggoncang mereka siapa-siapa yang membencinya” Kata Rasulullah. “Dimana mereka wahai Rasulullah?” Tanya sahabat, “di baitul Maqdis, dan di tepi-tepi Baitul Maqdis” jawab Nabi.

Saksikanlah Kebenaran Nubuwah ini dari saudara-saudari kita disana yang hari ini mempertahankan Masjid Al-Aqsa ketika ditutup oleh kelompok penjajah. Mereka tetap memaksakan diri melaksanakkan Shalat Jumat berjamaah ditengah ancaman pembantaian. Kemarin sesaat selepas Jum’at yang terpaksa diizinkan, segera membubarkan masa dengan cara yang mengerikan, bukan dengan gas air mata, tapi peluru dan senjata api. Mereka diserang di pintu masjid, 3 orang meninggal 4000 lainnya luka-luka.

Dengan begitu besar kemuliaan yang ada pada Masjid ini, masihkah ada keraguan di hati kita untuk mencintainya, Membelanya, serta Memperjuangkannya? Ya  Allah berikan kemuliaan bagi para penjaga masjid suci. Ya Allah berikan kemuliaan pada Umat Islam dimanapun mereka berada. Ya Allah izinkan aku melaksanakan shalat di ketiga Masjid-Mu ini, Masjid Al-Haram (di Mekkah), Masjid An-Nabawi (Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Ceramah Singkat (Larangan Putus Asa)

Contoh Paragraf Narasi,Persuasi,Deskripsi, Eksposisi,Argumentasi, dan Resensi Buku

Contoh Menulis Sebab Akibat ( cause and effect )